WONOGIRI_Senin, 26 Juni 2023 telah dilaksanakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penguatan Implementasi Kurikulum Merdeka dan Project Based Learning untuk Membangun Teaching Factory Berkelanjutan bagi SMK/SMA Yayasan Pendidikan Pancasila Pusat Surakarta Cabang Wonogiri bertempat di Aula SMK Pancasila 1 Wonogiri. Bimtek ini mendatangkan seorang Pakar Vokasi Dan Kurikulum Merdeka serta Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi periode 2020 – 2022 yaitu Bapak Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D. Bimtek ini dimoderatori oleh Pembina Yayasan Pendidikan Pancasila Pusat Surakarta Cabang Wonogiri yaitu Prof. Dr. Soeprayitno, MM.
Kegiatan ini dihadiri oleh kepala sekolah, wakasek kurikulum serta guru beberapa sekolah pilihan. Kegiatan diawali dengan pemantik materi oleh moderator, dilanjutkan penyampaian materi oleh narasumber kemudian diakhiri dengan tanya jawab.
Teaching factory sendiri adalah model pembelajaran berbasis produk (barang/jasa) melalui sinergi sekolah dengan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan industri. Model pembelajaran tersebut bertujuan untuk meningkatkan keselarasan proses pengantaran pengembangan keterampilan (skills), pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude) melalui penyelarasan tematik pada mata pelajaran normatif, adaptif dan produktif.
Untuk bisa mengembangkan teaching factory tersebut perlu adanya inovasi, perubahan serta kreatifitas dalam pola pembelajaran dan implementasi kurikulum. Dalam hal ini bisa berbasis project based learning dan link and match. Wikan Sakarinto, mengatakan bahwa terdapat delapan aspek yang perlu dihadapi oleh dunia pendidikan vokasi Indonesia yang tekait dengan link and match dengan industri. Berbagai aspek tersebut bertujuan untuk mendorong kualitas lulusan vokasi agar selaras dengan kebutuhan industri.
Berikut beberapa aspek link and match 8+i : Pertama, kurikulum disusun bersama sejalan dengan memperkuat aspek softskills, hardskills, dan karakter yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Kedua, penerapan pembelajaran berbasis proyek nyata dari dunia kerja (Project Based Learning/PBL) untuk menyelaraskan hardskills, softskills, dan karakter yang kuat. Ketiga, meningkatkan jumlah peran guru atau instruktur dari industri maupun ahli dari dunia kerja. Peningkatan perlu dilakukan secara signifikan hingga minimal mencapai 50 jam per semester/program keahlian. Keempat, penerapan praktik kerja lapangan/industri minimal satu semester. Kelima, sertifikasi kompetensi bagi lulusan dan bagi guru atau instruktur harus sesuai dengan standar dan kebutuhan industry. Keenam, ditekankan untuk guru atau instruktur untuk memperbarui teknologi melalui pelatihan rutin. Ketujuh, diadakan riset terapan yang membantu dan mendukung teaching factory berdasarkan kebutuhan atau kasus tertentu. Kedelapan, komitmen penyerapan tenaga kerja lulusan oleh dunia kerja. Untuk huruf “i” mencakup berbagai peluang kerja sama yang bisa dilaksanakan dengan dunia kerja. Di antaranya beasiswa dan/atau ikatan dinas, donasi dalam bentuk peralatan laboratorium dan lainnya.
Selain perlunya penerapan link and match, dibutuhkan juga penguatan SDM, penguatan sarana dan prasarana yang mendukung agar terwujudnya SMK yang unggul. Selain itu, perlunya peran guru yang tidak hanya teach tapi juga harus menjadi coach/mentor agar tercipta lulusan yang kompeten (softskills, karakter, attitude, hardskills). Kunci utama adalah SDM dan mindset yang harus dirubah.
Dalam kegiatan ini menekankan bahwa untuk membangun teaching factory yang berkelanjutan perlu adanya perubahan mindset dari cara mengajar guru agar siswa memiliki pemahaman bukan hanya sebatas pengetahuan saja.